Wisnumurti menyampaian Desertasi Doktor |
Denpasar, Dalam presentasi disetasi promosi Doktor yang mengambil tema Dinamika Politik Lokal Dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Kabupaten Badung yang dilakukan di Gedung Universitas Udayana, Kamis, 30 Desember 2010, Drs. Anak Agung Gde Oka Wisnumurti yang mengambil tempat penelitian di Kabupaten Badung banyak menyoroti mengenai dinamika perubahan Demokrasi keterwakilan menjadi Demokrasi Rakyat pada Pemilihan Pemimpin di Indonesia khususnya Pemimpin Daeral (lokal). Mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum Propinsi Bali yang sekarang aktif didunia akademik/pendidikan menyatakan Pilkada langsung 2005 di Kabupaten Badung menjadi arena pergulatan kekuasaan yang tersegmentasi kedalam elektorasi kekuatan partai dominant (PDIP), kekuatan partai politik tengah (Golkar, Partai Demokrat, PIB, PNBK) dan kekuatan partai gurem. Selanjutnya segmentasi kekuatan juga terjadi pada level pemerintah dan masyarakat yang bergerak dinamis sehingga dinamika pilkada berkelanjutan bersifat fluktuatif yang terdeferensiasi pada bentuk, fungsi dan sifat kelembagaan serta ideologi pada masyarakat yakni perubahan orientasi politik dan kekuasaan yang awalnya bersifat logosentrisme ke orientasi politik multisentrisme.
Relasi Kekuatan yang mempengaruhi Dinamika Poltik Lokal dalam Pilkada Langsung di Kabupaten Badung.
Dinamika politik lokal dalam pilkada langsung 2005 di Kabupaten Badung melibatkan berbagai kekuatan berpengaruh yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pada level partai politik muncul kekuatan penyeimbang dengan terbentuknya partai koalisi sebagai bentuk perlawanan terhadap partai penguasa. Hasilnya kekuatan yang terbangun dari proses interaksi yang intens antara partai – partai politik berhasil mengungguli hegemoni partai penguasa (PDIP) dalam pilkada tahun 2005 di Kabupaten Badung. Selanjutnya, dinamika politik lokal yang berlangsung memunculkan kekuatan alternatif diluar kekuatan partai politik, yakni munculnya kekuatan masyarakat ekonomi dan masyarakat sipil. Berbekal modal ekonomi, kekuatan masyarakat ekonomi menjadi penyokong ongkos politik yang dikeluarkan oleh kandidat. Arena politik lokal dalam pertarungan kekuasaan mengikuti mekanisme pasar antara penawaran dan permintaan berdasarkan konsiniasi tertentu.
Konfigurasi Trisula |
Masyarakat sipil dengan kekuatan modal sosial budaya dan modal simbolik membangun relasi sosial dalam merespon dinamika politik yang terjadi sebagai gerakan emansipatori dalam melakukan perlawanan terhadap hegemoni kekuatan politik. Gerakan perlawanan ini seperti keinginan masyarakat untuk memiliki pemimpin putra Badung asli, begitupun dalam kegiatan kampanye dengan mengusung simbul – simbul tradisi dan budaya, misalnya muncul dalam proses pencalonan terpelihara hubungan patron – klien melalui aktifitas komunal dan menguatnya sedimentasi lokalitas dalam memberikan dukungan kepada pasangan calaon. Kekuatan ini secara signifikan mempengaruhi peta politik kekuasaan dalam Pilkada langsung 2005 di Kabupaten Badung. Kekuasaan terdeferensiasi pada tiga kekuatan utama yakni kekuatan masyarkat politik, kekuatan masyarakat ekonomi, kekuatan masyarakat sipil. Ketiga kekuatan beroperasi secara interaksional, resiprokal dan transpolitika bersimbiosis membentuk konfigurasi baru yakni munculnya kekuatan masyarakat trisula. Yakni model kekuatan masyarakat yang terbentuk dari akumulasi relasi interaksional, resiprokal dan transpolitika tiga pilar masyarakat dengan kekuatan modal politik, ekonomi dan sosial budaya menyatu dalam satu kekuatan beroperasi pada konteks desa, kala, patra.
Implikasi dan Makna Dinamika Politik Lokal Pilkada Langsung 2005 di Kabupaten Badung
Dinamika politik lokal yang terjadi berimplikasi pada konfigurasi kelembagaan, defrensiasi kekuasaan dan sedimentasi lokalitas yakni menguatnya silidaritas lokal baik yang bersifat komunal maupun asosiasional dengan tumbuhnya kesadaran bersama sebagai bentuk gerakan emansipatori melalui tindakan komunikatif untuk mengembangkan pola komunikasi kewargaan yang berbasis pada nilai – nilai kearifan lokal sehingga akulturasi nilai – nilai demokrasi modern yang bercirikan kebebasan, penghargaan, atau perbedaan, kesetaraan dengan nilai – nilai kearifan lokal seperti tatwamasi, paras paros sarpanaya, menyamabraya, sesana manut linggih, linggih manut sesana. Kontentasi yang berlangsung memunculkan rasa wirang, jengah, mrakpak danyuh, mepapas.
Makna dinamika politik lokal Pilkada langsung 2005 di Kabupaten Badung meliputi : Kompetisi dan toleransi, emansipatori, komodifikasi politik, kepemimpinan adatif dan penguatan budaya demokrasi lokal yakni hadirnya kembali nilai – nilai kearifan lokal.
Refleksi
Para Penyanggah dan promotor dalam desertasi Promosi Doktor |
Pertama, dinamika pilkada langsung 2005 di Kabupaten Badung merupakan proses politik lokal yang memberikan pembelajaran politik yang sangat berarti bagi masyarakat di Kabupaten Badung khusunya dan Masyarakat di indonesia pada umunya, untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran politik warganegara sebagai hak yang paling mendasar dalam demokrasi.
Kedua, dinamika politik lokal dalam pilkada langsung 2005 di Kabupaten Badung mencakup aspek yang sangat luas meliputi aspek filosofis, yuridis dan sosiologi sehingga dalam pelaksanaanya masih menyisakan berbagai problematika pada tiga aspek tersebut. Pada tataran filosofis makna kedaulatan rakyat yang tercermin dalam demokrasi masih pada tataran prosedural menuju pada substansi demokrasi. Lemahnya pengaturan hukum dan penegakan hukum cenderung menjadi faktor pemicu terjadinya konflik sehingga kedepan kelemahan – kelemahan ini dapat segera diatasi melalui penyempurnaan aturan hukum, peningkatan pengetahuan dan pemahaman politik masyarakat, peningkatan kemampuan manajerial penyelenggara serta optimalisasi peran dan fungsi partai politik. Berubahnya arena pilkada Badung menjadi pasar bertemunya penawaran dan permintaan sangat rentan menjadi wahana praktik – praktik politik pragmatis yang dapat mereduksi hati nurani dan rentan bagi tumbuhnya praktik politik uang. Begitupun dalam kontensasi munculnya semangat wirang, jengah, mepapas dan mepalu mesti dikelola secara bijaksana melalui kesadaran multicultur dan penegakan aturan hukum, karena hal ini bisa berdampak destruktif bagi pengembangan demokrasi.
Ketiga, oleh karena Pilkada langsung sudah menjadi agenda politik lokal yang dilaksnakan setiap lima tahun sekali, maka upaya perubahan dan perbaikan dalam menata kehidupan politik lokal kearah yang substantif seharusnya terus dilakukan oleh semua pihak. Proses politik lokal dalam pilkada langsung tidak semata – mata sebagai pembiasan berdemokrasi akan tetapi dapat digunakan sebagai wahana pendalaman berdemokrasi dengan berbasis pada budaya lokal sehingga dinamika politik lokal yang terjadi dapat memberikan prospek bagi penguatan budaya demokarsi lokal.
Temuan Baru
Berdasarkan hasil kajian terhadap penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa hal yang dapat dinyatakan sebagai temuan baru penelitian. (1). Dinamika Pilkada langsung 2005 di Kabupaten Badung mengalami perubahan yang berkelanjutan yang bersifat fluktuatif terhadap bentuk, fungsi dan sifat kelembagaan. (2). Ditemukan perubahan ideologi pada masyarakat yakni perubahan orientasi politik dan kekuasaan dari yang bersifat logosentrisme kearah multisentrisme. (3). Tumbuhnya kesadaran bersama sebagai tindakan komunikatif melalui pesimakraman dan pedarmaswakan serta darmawacana sebagai arena komunikasi publik untuk mewujudkan politik yang shanti (damai) dan jagadhita (sejahtera). (4). Partai Politik tidak lagi menjadi satu – satunya kekuatan berpengaruh, muncul kekuatan alternatif yakni kekuatan masyarakat ekonomi dengan modal ekonomi dan kekuatan masyarakat sipil dengan modal sosial dan simbolisyang secara signifikan mempengaruhi formasi kekuasaan. (5). Interaksi tiga kekuatan berpengaruh bersimbiosis membentuk formasi kekuatan baru, yakni masyarakat trisula. (6). Menguatnya solidaritas komunal dan sedimentasi lokalitas yang didukung kekuatan tradisi dan nilai – nilai kearifan lokal yang selama ini teralienasi dalam percaturan politik dan kekuasaan ditingkat lokal. (7). Ditemukan adanya komodifikasi politik pada dinamika pilkada langsung di Kabupaten Badung. (8). Menghasilkan kepemimpinan adatif yakni perpaduan antara nilai – nilai kepemimpinan tradisional seperti pengayoman, kharisma, dan kewibawaan serta model kpemimpinan modern yang bercirikan kecerdasan, inovasi dan progresivitas.
Promosi Doktor A.A Wisnumurti dihadapan Penyanggah |
Simpulan
Pertama. dinamika Pilkada langsung 2005 di Kabupaten Badung membawa perubahan berkelanjutan yang bersifat fluktuatif pada struktur dan kultur politikmasyarakat. Secara struktural perubahan tersebut terjadi pada aspek regulasi, konfigurasi kelembagaan dan diferensiasi kekuasaan. Secara kultural terjadi perubahan orientasi sosial dan politik masyarakat yang didasarkan pada rasio subjektif sebagai upaya tindakan komunikatif. Dengan demikian penggunaan pendekatan teoritik yang bersifat ekletik yakni teori tindakan komunikatif, teori diksursus kekuasaan dan pengetahuan dan teori hegemoni dan teori modal sosial relevan dalam penelitian. Kedua, Relasi kekuatan yang mempengaruhi dinamika politik lokal dalam pilkada langsung 2005 di Kabupaten Badung tersegmentasi kedalam tiga kekuatan utama meliputi kekuatan masyarakat politik, masyarakat ekonomi dan masyarakat ekonomi dan masyarakat sipil. Realisasi kekuatan pada ketiganya berlangsung secara interaksional, resiprokal dan transpolitika membentuk formasi baru yakni kekuatan masyarakat trisula. Hal ini relevan dengan teori Tigapilar masyarakat yang dieklektikan dengan teori modal sosial, teori hegemoni, teori tindakan komunikatif dan teori kekuasaan dan pengetahuan. Ketiga, dinamika politik lokal dalam pilkada langsung 2005 di Kabupaten Badung mencerminkan dekontruksi terhadap struktur dan kultur masyarakat yang memberikan implikasi dan makna pada dinamika kehidupan sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan pada masyarakat di Kabupaten Badung. Dinamika yang terjadi berimplikasi pada konfigurasi kelembagaan, deferensiasi kekuasaan dan menghadirkan kembali solidaritas komunal dan sedimentasi lokalitas. Selanjutnya makna yang ditimbulkan meliputi kompetisi dan toleransi, emansipatori, komudifikasi politik, kepemimpinan adatif dan penguatan budaya demokrasi lokal. Berkenaan dengan hal tersebut relevan dengan teori dekontruksi yang dielektikan dengan teori kekuasaan dan pengetahuan, teori modal sosial dan teori tindakan komunikatif. Akhirnya dapat dibuktikan bahwa dinamika politik lokal dalam pilkada langsung 2005 di Kabupaten Badung menunjukkan terjadinya perubahan yang berkelanjutan yang bersifat fluktuatif pada struktur dan kultur masyarakat menjadi wahana untuk menhadirkan kembali nilai – nilai kearifan lokal yang memperkuat basis demokrasi lokal.
Saran
saran yang dapat disampaiakan terkait dengan hasil penelitian ini yakni saran untuk pengembangan pengetahuan teoritis dan saran untuk pengembangan pengetahuan praktis.
Saran untuk Pengembangan Pengetahuan Teoritis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang dinamika politik lokal utamanya dalam pelaksanaan pilkada langsung dengan menggunakan pendekatan kajian budaya. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan ilmu kajian budaya yang diarahkan pada kajian – kajian dinamika politik lokal. Kepada para peneliti berikutnya disarankan untuk menggali lebih dalam lagi fenomena – fenomena politik lokal utamanya dalam melihat konflik, kekerasan struktural dan kultural dan peranan institusi lokal dalam menghambat atau mendorong dinamika kearah penguatan demokrasi lokal.
Saran untuk Pengembangan Pengetahuan Praktis
salah satu ucapan selamat dari pejabat |
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang dinamika politik lokal khusunya dalam pilkada langsung sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan utamanya kepada DPR dan pemerintah pusat disarankan agar melakukan pengkajian ulang agar pilkada langsung sebagai bagian dari pemilu dibuatkan undang – undang secara khusus yang terpisah dari undang – undang pemerintah daerah. Selanjutnya kepada DPRD dan pemerintah daerah agar memperkuat basis budaya demokrasi lokal melalui kegiatan pendidikan politik yang berkelanjutan kepada rakyat. sedangkan kepada penyelenggara (KPUD dan Panwas) secara berkelanjutan meningkatkan kwalitas SDM, menajemen kepemiluan sehingga dapat tampil sebagai lembaga yang profesional, netral dan tanggap pada perkembangan demokrasi. selanjutnya kepada masyarkat di Kabupaten Badung khususnya dan masyarakat secara luas disarankan agar secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman politik sehingga tumbuh kesadaran politik sebagai hak politik yang paling hakiki dalam menjalin relasi kekuasaan dengan berbagai pihak. Memadukan nilai – nilai demokrasi modern dengan menggali nilai – nilai kearifan lokal yang relevan sehingga dapat memperdalam pemahaman demokrasi (deepening democracy) **dipetik dari Ringkasan Disertasi Drs. Anak Agung Gede Wisnumurti, M.Si dalam promosi Doktor yang disampaikan di Ruang Universitas Udayana, Denpasar, Kamis, 30 Desember 2010*** diedit oleh putra /Media Center KPU Klungkung/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar