Mendak Tirta Pura Besakih dan Ulun Danu di Jaba Pr. Klotok |
Semarapura, Dengan telah banyaknya terjadi bencana alam dan perubahan iklim yang semakin tidak menentu membuat pemerintah dan masyarakat harus ekstra waspada. Hal inilah yang membuat prihatin semua pihak dalam menyikapi segala sesuatu yang terjadi belakangan ini karena alam yang tidak terduga. Gunung Meletus, Banjir, Gempa Bumi, Tsunami, Angin Topan, Pemanasan Global, Gering Makeh, Perang, Penyakit, Salah Numadi, salah petemon, penyelewengan, Dusta, Emosi yang tidak terkontrol, unjuk rasa yang anarkis, kerusuhan, hujan dan panas yang tidak mengenal musim (sasih) dan bencana lain yang silih berganti datangnya. Untuk hal itulah maka pemerintah Propinsi Bali dan Kabupaten/Kota se Bali mengadakan Upacara Suda Bumi yaitu upacara pembersihan skala – niskala jiwa raga dan jagat (Bumi).
Sesuai dengan lontar Babad Dewa Widi Sastra dan Roga Sengara Bumi dengan hal tersebut diatas patut diadakan upacara pembersihan jagat agar terjaga keseimbanganya dan umat manusia beserta isinya hidup tentram dan damai terhindar dari bencana. Keseimbangan ini selain juga diadakan upacara agama namun juga harus dibarengi kesadaran umat dalam menjaga alam semesta ini dengan menjaga Laut (segara/pasih),Sungai Hutan, Gunung, Danau, Udara, Lembah, Sawah, Tegalan beserta isisnya agar tetap lestari seperti yang disampaikan oleh pengenter Acara Dewa Soma yang juga pemerhati banten dan Upakara.
Gubernur Mangku Pastika Nunas Yasa setelah Upacara Suda Bumi |
Dewa Soma juga menyebutkan Lontar Babad Dewa Widi Sastra dan Roga Sengara Bumi menyatakan bahwa upacara Suda Bumi merupakan upacara untuk menyeimbangkan alam skala dan niskala agar kita terhindar dari bencana dan juga karena bumi ini telah dianggap kotor dan perlu dibersihkan secara upakara. Suda artinya bersih/membersihkan agar manemu sidi yang artinya mapituas. Pihaknya juga menjelaskan selain dilaksanakan di Pura Watu Klotok (Segara) upacara ini juga dilaksanakan di Pura Besakih (Gunung), Ulun Danu (Danau) pada waktu bersamaan yaitu nemu Tilem Kenem setiap tahunnya dan untuk sekarang terlaksana pada Redite (minggu) Paing Wuku Dungulan Sasih Kenem (5/12/2010).
Upacara yang dimulai pada pukul 10.30 Wita di Pura Watu Klotok ini di Puput oleh Ida Pedanda Putra Tembau Griya Aan, Banjarangkan diprosesi dengan Tawur, Suda Bumi, dan Mendak Tirta dari Pura Besakih dan Ulun Danu. Kedua tirta ini nantinya akan dicampur (campuh) bersama – sama dengan Tirta Pura Watu Klotok untuk dituwur oleh umat sedharma melalui desa adat masing – masing (Tirta Bumi Sudha) dan dipercikkan bersama nasi tawur di Pura Kahyangan Desa, Pura lainnya dan Mrajan (sangga) serta masyarakat Hindu se Bali. Setelah upacara di Tiga Pura suci ini umat juga melaksanakan upacara Ngenteg Hyang di Pura Kahyangan Desa dan ngaturang upakara di mrajan sanggah, natah (halaman rumah) dan lebuh (depan pintu rumah) sesuai dengan banten atau upakara yang telah ditentukan dan dibagikan kepada umat melalui Desa Pekraman masing – masing yang dilanjutkan dengan natab sayut agar menemukan kasukertan jagat.
Ketua KPU Klungkung A.A.Gde Parwatha saat Sembahyang |
Upacara Suda Bumi merupakan upacara yang teramat penting guna mejaga alam tetap seimbang yang menarik perhatian dari orang nomor satu di Propinsi Bali untuk hadir. Gubernur Bali Mangku Pastika didampingi Wakil Bupati Klungkung melaksanakan persembahyangan secara khusuk dibarengi oleh semua jajaran dilingkungan Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Majelis Madya se Bali. Tampak juga Umat setalah upacara nunas tirta dan tawur dengan antusiat walaupun panas matahari cukup menyengat ini bukti sebuah kesadaran untuk beryadnya dengan tulus namun juga harus dibarengi dengan kenyataan untuk berpikir, berbicara dan berbuat yang baik dalam kesehariannya terutama dalam melestarikan alam guna kelangsungan hidup semua mahluk. (Wayan Putra S, Ksbghkm/skrtkpuklk).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar